Selasa, 29 November 2011

kultur massal bakteri


I . PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus ratus
spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh
kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sebagai contoh, sekali bersin
dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Satu tinja dapat mengandun jutaan bakteri (Pelczar, 1986).
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.          
Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu
sel tunggal (Pelczar, 1986).
Kultur murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu
untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri
cultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu popolasi yang
terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Hadioetomo, 1993). Sifat organisme
dalam suatu biakan murni dapat dipelajari dengan metode yang amat keras dengan
hasil yang sangat akurat karena pengaruh sel hidup yang lain dapat ditiadakan
(Volk, 1993).
            Untuk mendapatkan hasil biakkan dalam jumlah yang banyak maka dilakukan kultur massal.Kultur massal ini dapat digunakan sebagai probiotik suatu perairan. Pembiakan probiotik secara massal bukannya untuk mendapatkan probiotik yang banyak melainkan untuk mendapatkan percampuran dari beberapa jenis bakteri yang m,enguntungkan dan dapat mempertahankan kualitas air suatu perairan.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
Ø  Mengetahui cara kultur bakteri secara massal dan memperhatikan factor tumbuhnya.
Ø  Mempelajari teknik aseptis yang baik
Ø  Mengetahui berapa lama penumbuhan bakteri
Ø  Mengetahui cirri-ciri pertumbuhan bakteri














II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Habitat Hidup bakteri.
            Tempat hidup merupakan tempat dimana suatu organism akan berkembang dengan baik,habitat yang baik sangat menentukan factor pertumbuhan yang baik pula.Dalam pengkulturan bakteri haruslah ada habitat yang cocok yaitu molase.

2.2. Molase
   Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pond dkk., (1995) yang menyatakan bahwa molasses adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses­ merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald dkk., 2001).

2.3 Bakteri
            Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok besar Prokariota, selain Archaea, yang berukuran sangat kecil serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, yang disebut eukariota. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk sebagian besarnya, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, meski ada beberapa jenis tertentu yang dapat berdiameter hingga 0,3 mm (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.









III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanakan
            Praktek ini di lakukan pada laboratorium hama penyakit Akademi perikanan Sidoarjo tanggal 8-14 Juni 2011
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Ø  Erlemeyer
Gambar 1 : Erlemeyer
Ø  Pipet volume 0.1 ml
Ø  Autoclave
Gambar 2 : Autoclave
Ø  Lampu Bunsen
Ø  Pipet pump
Untuk mengetahui semua alat yang digunakan pada kultur ini dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 : Jenis Peralatan yang digunakan
3.2.2 Bahan
Ø  Aquadest
Gambar 4 : Aquadest
Ø  Molase
Gambar 5 : Molase yang sudah di encerkan


Ø  Sampel bakteri
3.3 Prosedur
Ø  Encerkan molase menggunakan aquadest menggunkan rumus V1 X N1=V2 X N2.
Ø  Masukkan kedalam erlemeyer
Ø  Sterilkan di dalam autoclave
Ø  Tunggu sampai dingin,dan masukkan bakteri yang akan dikultur kedalam media satu ml mengggunakan pipet volume dengan syarat selalu dekat dengan api
Gambar 6 : Teknik Aseptis
Ø  Biarkan 24 jam
Ø  Amati perubahan yang terjadi
Gambar 7 : Hasil Penumuhan Selama 24 jam
Ø  Untuk menumbuhkan sebagai bakal probiotik maka untuk melihat hasil probiotik yang jelas dapat dilakukan selama 5 hari.
























IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
            Dari hasil kultur massal bakteri maka didapat ciri-ciri dari kehidupan bakteri yaitu adanya hasil metabolism sekunder berupa feses yang terdapat didasar media dan bau dari hasil kultur itu wangi.Jika berbau busuk maka bakteri didalam itu tidak tumbuh dan bakteri yang disuntikkan mati maka media menjadi berbau busuk.
            Setelah diamati beberapa hari ada hasil kultur yang ditumbuhi jamur dan ada yang masih seperti pembiakkan pertama dan terdapat feses pada bagian dasar dari media.
           

4.2 Pembahasan
            Media yang ditumbuhkanoleh jamur diduga karena kondisi ruang yang tidak bersih sehingga mengakibatkan kontaminasi terhadap penumbuhan bakteri.
            Kultur masssal yaitu penumbuhan bakteri secara massal yang terdiri dari berbagai jenis bakteri, adapun bakteri yang ditumbuhkan pada praktikum ini yaitu :
4.2.1 Nitrosomonas
            Nitrosomonas adalah batang yang terdiri dari genus bakteri berbentuk chemoautotrophic. Bakteri ini langka mengoksidasi amonium menjadi nitrit sebagai proses metabolisme. Nitrosomonas berguna dalam pengolahan limbah industri dan kotoran dan dalam proses bioremediasi. Mereka adalah penting dalam siklus nitrogen dengan meningkatkan ketersediaan nitrogen untuk tanaman sementara membatasi fiksasi karbon dioksida.Genus ini ditemukan di tanah, limbah, air tawar, dan pada permukaan bangunan, khususnya di daerah tercemar yang berisi tingkat tinggi nitrogen senyawa.  Nitrosomonas memilih optimum pH 6,0-9,0 dan suhu antara 20 sampai 30 ° C. Sebagian besar spesies yang motil dengan flagel yang terletak di daerah kutub.
           
4.2.2 Bacillus Subtilis
            Bacillus subtilis, yang dikenal juga sebagai jerami basil atau basil rumput, adalah bakteri, Gram-positif katalase-positif biasanya ditemukan di dalam tanah Seorang anggota genus Bacillus,. Subtilis B. berbentuk batang, dan memiliki kemampuan untuk membentuk endospora, tangguh pelindung, yang memungkinkan organisme untuk mentolerir kondisi lingkungan yang ekstrim. Tidak seperti beberapa jenis terkenal lainnya, B. subtilis secara historis telah diklasifikasikan sebagai aerob obligat, meskipun penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa ini tidak sepenuhnya benar


4.2.3 Pseudomonas
Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon.
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.

4.2.4 Megaterium
            Megaterium Bacillus adalah berbentuk batang, Gram-positif, membentuk endospora, spesies bakteri digunakan sebagai inokulan tanah di pertanian dan hortikultura. Bakteri diatur ke dalam bentuk streptobacillus.
             Megaterium salah satu Eubacteria terbesar yang ditemukan di tanah. Kelompok bakteri yang sering ditemukan pada rantai di mana sel bergabung bersama-sama dengan polisakarida di dinding sel. Megaterium Bacillus mampu bertahan dalam beberapa kondisi lingkungan yang ekstrim seperti gurun karena membentuk spora. Apabila terdapat kondisi yang menguntungkan spora dapat bertahan. Kadang-kadang ini bakteri tertentu dapat ditemukan di permukaan umum yang sering disentuh.

             Megaterium Bacillus menghasilkan amidase penisilin yang digunakan untuk membuat penisilin. Ini menghasilkan enzim untuk kortikosteroid memodifikasi, serta beberapa dehydrogenases asam amino.


            Kehidupan dari semua jenis bakteri ini dapat dipengaruhi oleh beberpa factor diantara lain :

Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93° – 500 °C.
Kelembaban udara
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban udara yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
 Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya.
Factor yang paling menentukan dari pertumbuhan bakteri ini yaitu TEKNIK ASEPTIS .Jika teknik aseptis dapat diterapkan dengan baik maka tidak akan terjadi kontaminasi dan bakteri yang di biakkan akan tumbuh dengan baik.













V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
            Dari hasil praktek ini penulis mengambil kesimpulan bahwa kunci dari keberhasilan kutur ini yaitu  TEKNIK ASEPTIS.
5.2 Saran
            Sebaiknya praktek dilakukan dengan lebih serius agar semua bakteri yang di biakkan dapat tumbuh dengan baik.


















DAFTAR PUSTAKA

Priyono,2008. Molases. UNDIP. Semarang http://www.ilmupeternakan.co.cc/2009/03/molases.html [ 6 Juni 2011]
Euzéby JP (2008). "Bacillus". List of Prokaryotic names with Standing in Nomenclature. http://www.bacterio.cict.fr/b/bacillus.html.[ 6 Juni 2011]

Ambrosiano N (1999-06-30). "Lab biodetector tests to be safe, public to be well informed". Press release. Los Alamos National Labs. http://www.lanl.gov/news/releases/archive/99-101.shtml.[7 Juni 2011]


Simak
Baca secara fonetik






kultur bakteri


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
            Dari hasil praktikum ini maka penulis berhasil menumbuhkan bakteri Nitrosomonas yang di cirikan oleh adanya kekeruhan di dalam media penumbuhan bakteri.Dari semua bakteri yang di biakkan mempunyai cirri-ciri yang sama yaitu media menjadi keruh.

4.2 Pembahasan
            Media yang keruh di sebabkan oleh prose metabolism yang di lakukan oleh bakteri tersebut.Dengan adanya cirri kekeruhan tersebut maka kita menyimpulkan bahwa bakteri Nitrosomonas yang kita kultur secara murni tumbuh.hasil metabolism berupa feses akan mengendap didasar media kultur.sedangkan hasil metabolisme yang berupa  glukosa di manfaatkan untuk proses metabolosme lagi yaitu sebagai sunber energy.
            Hasil kultur ini dapat di manfaatkan untuk kultur massal sebagai probiotik.Proses metabolism di dalam kultur  akan terus berlanjut.
Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri.
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.
Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93° – 500 °C.
Kelembaban udara
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban udara yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
 Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya.
Radiasi
Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. [7] Sebagai perbandingan, manusia pada umumnya tidak dapat bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan hingga 5.000 Gy.
Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNAApabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat mengalami kematian Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.
Nitrosomonas termasuk bakteri:

Bakteri nitrifikasi

Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:
  • Nitritasi: oksidasi amonia menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/9f/Nitritasi.png/400px-Nitritasi.png
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Reaksi nitritasi
  • Nitratasi: oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Proses ini dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrobacter.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/29/Nitratasi.png/400px-Nitratasi.png
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Reaksi nitratasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
            Dari hasil praktikum ini maka penulis berhasil menumbuhkan bakteri Nitrosomonas yang di cirikan oleh adanya kekeruhan di dalam media penumbuhan bakteri.Dari semua bakteri yang di biakkan mempunyai cirri-ciri yang sama yaitu media menjadi keruh.

4.2 Pembahasan
            Media yang keruh di sebabkan oleh prose metabolism yang di lakukan oleh bakteri tersebut.Dengan adanya cirri kekeruhan tersebut maka kita menyimpulkan bahwa bakteri Nitrosomonas yang kita kultur secara murni tumbuh.hasil metabolism berupa feses akan mengendap didasar media kultur.sedangkan hasil metabolisme yang berupa  glukosa di manfaatkan untuk proses metabolosme lagi yaitu sebagai sunber energy.
            Hasil kultur ini dapat di manfaatkan untuk kultur massal sebagai probiotik.Proses metabolism di dalam kultur  akan terus berlanjut.
Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri.
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.
Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93° – 500 °C.
Kelembaban udara
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban udara yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
 Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya.
Radiasi
Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. [7] Sebagai perbandingan, manusia pada umumnya tidak dapat bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan hingga 5.000 Gy.
Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNAApabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat mengalami kematian Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.
Nitrosomonas termasuk bakteri:

Bakteri nitrifikasi

Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:
  • Nitritasi: oksidasi amonia menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/9f/Nitritasi.png/400px-Nitritasi.png
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Reaksi nitritasi
  • Nitratasi: oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Proses ini dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrobacter.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/29/Nitratasi.png/400px-Nitratasi.png
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Reaksi nitratasi